DESKJABAR – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggelar acara BNI ESG and Sustainability Transition Event (BEST Event), dengan tema “Energy Sectors Foresight to Encounter Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI)”. Acara ini bertujuan untuk membahas implementasi taksonomi keuangan berkelanjutan serta peluang dan tantangan dalam transisi hijau di sektor energi.
Baca Juga: Hujan Deras dan Angin Kencang Guyur Wilayah Bogor, Menyebabkan Banjir, Pohon dan Tiang Listrik Roboh
Acara yang berlangsung di Jakarta ini dihadiri oleh para narasumber dari berbagai institusi penting, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, dan International Finance Corporation (IFC). Mereka memberikan wawasan tentang bagaimana Indonesia bisa menghadapi tantangan dalam menerapkan taksonomi hijau untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
David Pirzada, Direktur Risk Management BNI, menekankan pentingnya transisi hijau sebagai keharusan dalam mencapai masa depan yang berkelanjutan. "Transisi hijau adalah bagian dari komitmen kami terhadap penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG)," kata David. Sebagai langkah konkret, BNI telah menerapkan Climate Risk Stress Test (CRST) pada Juli 2024 untuk mengevaluasi dampak risiko perubahan iklim terhadap portofolio kredit mereka.
Langkah Konkret BNI dalam Transisi Hijau
CRST yang diterapkan BNI mencakup 50% dari total portofolio kreditnya, termasuk di dalamnya tujuh kategori industri utama, seperti energi. Dengan penilaian ini, BNI bisa lebih efektif menilai risiko lingkungan yang dihadapi debitur, terutama di sektor yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Sebagai bagian dari strategi ini, BNI meluncurkan Sustainability Linked Loan (SLL), sebuah produk kredit yang memberikan insentif berupa penurunan suku bunga bagi debitur yang berhasil mencapai target keberlanjutan. Hingga Juni 2024, BNI telah menyalurkan SLL sebesar Rp 5,9 triliun ke sektor-sektor penting seperti poultry, manufaktur besi, semen, dan packaging.
Pertumbuhan portofolio green loan BNI juga mencatat hasil positif, dengan kenaikan 13% YoY selama tahun 2023. Bahkan, hingga Juni 2024, BNI sudah mencapai 101% dari target tahunannya dengan nilai green loan sebesar Rp 71,27 triliun.
Pentingnya Taksonomi Keuangan Berkelanjutan
Dalam era perubahan iklim, taksonomi keuangan berkelanjutan menjadi landasan utama untuk mengarahkan investasi ke proyek-proyek ramah lingkungan. OJK telah mengembangkan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) sebagai pengembangan dari Taksonomi Hijau Indonesia yang mengacu pada ASEAN Taxonomy versi 2.
Menurut David, BNI menyambut baik penerapan TKBI yang dapat memberikan arahan yang jelas dalam mengklasifikasikan pelaku usaha menuju ekonomi hijau. “Taksonomi keuangan ini akan menjadi penentu arah investasi dan pembiayaan di masa depan,” ungkapnya.
Kolaborasi untuk Masa Depan Berkelanjutan
BEST Event ini juga melibatkan debitur sektor energi untuk memahami peran penting taksonomi dalam operasional usaha yang berkelanjutan. BNI menggarisbawahi bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor jasa keuangan, dan pelaku usaha sangat krusial untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (NDC) pemerintah.
Baca Juga: Cagub Jabar, Jeje Wiradinata Respon Positif Relawan Pijar. Ini Bagian Dari Perjuangan
"Dengan langkah-langkah ini, BNI berkomitmen untuk terus mendukung terciptanya ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," tutup David.
Dengan acara seperti BEST Event, BNI menunjukkan komitmennya untuk menjadi katalisator perubahan dalam mendukung transisi hijau dan mendorong perkembangan ekonomi yang lebih bertanggung jawab secara lingkungan di Indonesia.***