DESKJABAR - Pemain utama pasar teh dunia, Sri Lanka, kini tengah dilanda krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan.
Kondisi krisis ekonomi di Sri Lanka itu malah memunculkan peluang bagi bisnis perkebunan teh Indonesia, untuk mengisi kekurangan pasokan ke sejumlah negara.
Pasalnya, Sri Lanka menjadi mengalami penurunan produksi teh, akibat krisis ekonomi sehingga mengganggu produksi teh negara itu.
Sri Lanka meyatakan default atau gagal membayar utang luar negerinya senilai USD51 milyar atau lebih dari Rp732,2 triliun. Seluruh menterinya telah mengundurkan diri dan kini Sri Lanka dinyatakan bangkrut.
Dr. Dadan Rohdiana, pemerhati bisnis teh dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Al-Ghifari (UNFARI) Bandung, kepada DeskJabar, Kamis, 19 Mei 2022, mengatakan, apa yang terjadi di Sri Lanka saat ini, tentunya bagi sebagian produsen teh hitam ortodoks hal ini bisa menjadi sebuah peluang.
Diluar Sri Lanka, Cina, Vietnam, India termasuk Indonesia merupakan produsen utama teh hitam ortodoks.
Disebutkan, Cina kelihatannya hampir tidak mungkin untuk mengisi pasar yang selama ini diisi oleh Sri Lanka mengingat produk teh hitam ortodoksnya banyak diserap di dalam negeri.