Kedelai Lokal Lebih Disukai, Tapi Petaninya Enggan Menanam

- 4 Januari 2021, 17:53 WIB
Pekerja mengangkat kacang kedelai saat produksi tahu di pabrik tahu Sumber Barokah di Kampung Karya Bhakti RT 04/04, Kelurahan Cilendek Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (4/1/2021). Dampak kenaikan harga kacang kedelai impor dari Rp.7000 menjadi Rp.9200, pengusaha tahu memperkecil ukuran tahu dan menaikkan harga dari sebelumnya Rp.40 ribu menjadi Rp.42 ribu per papan. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Pekerja mengangkat kacang kedelai saat produksi tahu di pabrik tahu Sumber Barokah di Kampung Karya Bhakti RT 04/04, Kelurahan Cilendek Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (4/1/2021). Dampak kenaikan harga kacang kedelai impor dari Rp.7000 menjadi Rp.9200, pengusaha tahu memperkecil ukuran tahu dan menaikkan harga dari sebelumnya Rp.40 ribu menjadi Rp.42 ribu per papan. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp. /ARIF FIRMANSYAH

DESKJABAR – Ketua Pusat Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) Jawa Barat, Asep Nurdin, mengatakan, bahwa kedelai lokal sebenarnya lebih disukai olah para pembuat temped an tahu.

Namun, katanya, pasokan kedelai lokal tetap lebih sedikit diperoleh. Sebab, Indonesia sudah menjadi ketergantungan terhadap impor sejak tahun 1998.

Menurut Asep Nurdin, kepada DeskJabar, di Bandung, Senin, 4 Januari 2021, jika pemerintah ingin menjadikan produksi kedelai lokal dapat menjadi andalan nasional, para petaninya harus dibuat menjadi tertarik membudidayakannya.

Baca Juga: Ini Penyebab Budidaya Kedelai Lokal Sulit Ditingkatkan

Selama ini, katanya, para petani rata-rata kurang tertarik membudidayakan tanaman kedelai. Sebab, keuntungan usahanya tak semenarik jika bertani padi dan jagung.

“Sebenarnya, pangkal kemelut soal kedelai ini berawal ketika zaman reformasi tahun 1998. Saat itu, kedelai impor dibuka lebar, sehingga mendesak kedelai lokal yang sudah lama menjadi andalan, padahal tahun 1992 diperoleh swasembada,” kata Asep Nurdin.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina, mengatakan, pemerintah perlu  betul-betul memberdayakan berbagai langkah kebijakan.  Serta, mengoptimalkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai swasembada kedelai seperti yang pernah terjadi pada tahun 1992.

Baca Juga: Kementan Kembali Gaungkan Produksi Kedelai Lokal

Disebutkan, pada tahun 1992 Indonesia pernah melakukan swasembada kedelai, saat itu produksi dari petani kedelai Indonesia mencapai 1,8 juta ton per tahun.

Halaman:

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x